Malang, BeritaAntara.com | Perwakilan dari kelima asosiasi pengusaha Malang Raya pada Rabu (17/2/2021) berkunjung ke salah satu PT. PG Rajawali.yang merupakan Pabrik Gula Krebet Baru, Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, yang merupakan salah satu pabrik gula yang mengalami atau mempunyai endapan gula lokal milik petani yang belum bisa terbayarkan, sebagai tindak lanjut dari assosiasi pengusaha malang raya yaitu “Gerakan Membeli Gula Lokal” yang mereka canangkan belum lama ini juga sekaligus sebagai contoh untuk para pengusaha yang lain yang berada di malang raya.
Sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap nasib petani tebu lokal, gabungan asosiasi pengusaha Malang Raya di hari yang sama juga melakukan pembelian secara langsung gula lokal sebanyak 3,4 ton dari pabrik tersebut.
Kelima asosiasi tersebut adalah Apkrindo (Asosiasi Pengusaha Kafe dan Resto Indonesia) Malang, IMA (Indonesia Marketing Association) Chapter Malang, APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) Malang Raya, PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Malang Raya, dan HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Malang raya.
Para tamu dari perwakilan assosiasi yang hadir disambut langsung oleh General Manager PG Krebet Baru bpk Adang Sukendar Djuanda, Ketua Umum PKPTR (Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat) KH Hamim Kholili atau biasa disapa Gus Hamim, serta beberapa jajaran direksi PT. PG Rajawali 1 Unit Pabrik Gula Krebet Baru.
Pada kesempatan tersebut, Indra Setiyadi selaku Ketua Apkrindo Malang menjelaskan bahwa gerakan ini bertujuan untuk melindungi dan peduli terhadap nasib para petani tebu nasional.
“Terus terang kami tidak paham masalah gula. Gerakan ini semata mata adalah wujud kepedulian kita para pengusaha terhadap nasib petani tebu. Hingga akhirnya saya berinisiatif sendiri dengan menelpon teman-teman asosiasi dan kemudian dicanangkanlah gerakan ini,” ungkap pemilik Rumah Makan Kertanegara Malang itu.
“Saya yakin masyarakat Malang sangat peduli dan mau membeli gula lokal. Jika gerakan ini digaungkan terus menerus dan bukan tidak mungkin pemerintah pusat akan mendengar dari gerakan yang kuta gabungkan ini,” lanjutnya.
Sementara itu, Presiden IMA Chapter Malang, bpk Kurniawan Muhammad menegaskan bahwa gerakan ini tidaklah sekadar membeli gula petani lokal “Namun lebih dari itu, gula produksi Malang harus jadi tuan rumah di Malang,” ujar pria yang akrab dipanggil Mas Kum itu.
Senada dengan Kurniawan, Fifi Trisjanti selaku Dewan Pembina IMA Chapter Malang sekaligus Direktur Mall Malang Town Square (Matos) berharap tiga kepala daerah se-Malang Raya bisa bersatu serts saling bersinergitas membuat Perda bersama agar industri retail di Malang harus menggunakan dan menjual gula lokal asli malang.
Kedatangan tamu dari perwakilan gabungan asosiasi pengusaha Malang Raya tersebut disambut baik GM PG Krebet Baru, Adang Sukendar Djuanda.
“Intinya kami sebagai insan industri gula mengucapkan banyak terima kasih kepada assosiasi pengusaha malang raya yang sudah turut serta membantu sampai seperti ini, diharapkan warga Malang pada khususnya tergerak untuk ikut mengkonsumsi dan mencintai gula lokal,” tuturnya.
Adang mengkhawatirkan peredaran Gula Kristal Rafinasi (GKR) atau yang sering di sebut gula import yang dijual dengan harga lebih murah dan kemasan juga leboh menarik di pasaran dapat mematikan petani tebu lokal. “Jika tidak ada regulasi yang tegas mengatur hal ini, maka akan sangat berbahaya di bagi petani tebu di kemudian hari,” ucapnya.
Acara pagi itu dilanjutkan dengan pembelian gula lokal sebanyak total 3,4 ton oleh Indra Setiyadi mewakili Apkrindo dan PHRI Malang Raya, dan Suwanto selaku Ketua APPBI Malang Raya. Pembelian tersebut di lakukan secara simbolis dan diterima oleh Gus Hamim sebagai Ketua Umum PKPTR.
“Gerakan Membeli Gula Lokal” dicetuskan gabungan asosiasi pengusaha Malang Raya, menyikapi banyak nya pemberitaan di media sosial mengenai mengendapnya 65 ribu ton gula lokal yang belum terjual di gudang pabrik gula di Kabupaten Malang, dikarenakan tidak ada pengepul yang mau membeli gula lokal.
Menurut Adang Sukendar Djuanda, per hari ini gula milik petani yang masih mengendap di gudang PG Krebet Baru sebanyak 40,5 ribu ton. (NADYA | PUTRA)