Sebagai mahasiswa yang katanya sebagai agent of change, agent of control atau agent tetek bengik bla…bla…bla, yang kaya keilmuan,dari sekian banyak mahasiswa perlu ditanyakan apa mereka benar-benar masih mengimani jargon itu?
Mahasiswa diera reformasi hanya dibentuk untuk menjadi pekerja cari uang, hidup bahagia bersama pasangan, sehingga melupakan fungsi dari mahasiswa itu sendiri, lupa dengan lingkungan sekitar, mereka seolah-olah lupa, kedua tangannya menutup mata, telinga, tutup mulut terhadap persoalan bangsa dan negara. mahasiswa sekarang tidak mau ribet, jlimet, tidak mau bau asap ban untuk memperjuangkan persoalan-persoalan ketimpangan sosial, keadilan, pokoknya yang menyangkut tentang persoalan publik mereka tidak mau tau, yang terpenting bagi mereka bisa makan, bisa jalan-jalan, bisa bahagia sama pasangan, banyak uang, dapat kerja dan mati.
Itulah cita-cita mahasiswa diera reformasi.
Apakah kita merasa lebih baik, lebih cerdas dari kaum pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan pada masa itu yang jauh dari kekayaan keilmuan?
Dan cita-cita kampus ingin mahasiswanya menjadi mahasiswa yang bisa memberi nama terbaik terhadap kampusnya, kalau sampai berbuat onar di ruang publik, memecahkan piring birokrat, pasti dipanggil dan disidang bahkan di ancam. Kampus ingin mendidik mahasiswanya yang penurut, tidak nakal, tidak berbuat onar, mengerjakan tugas, dapat kerja setelah lulusan agar bisa membanggakan bagi kampus. Mahasiswa yang sering mecahin piring birokrat di pandang sebelah mata, tidak beretika, berantakan, bahkan dijadikan perbandingan mahasiswa yang gagal di depan mahasiswa yang penurut, rajin, steril dari percikan-percikan api ban jalanan, yang katanya kebanggaan kampus.
Maka tidak bisa dipungkiri lagi bahwasanya mahasiswa diera sekarang ini kian pincang, bodoamat dengan persoalan yang menyangkut kepentingan umum. Jargon agent of change, agen of control dan agent-agent yang lain hanya menjadi mimpi di siang bolong. Mahasiswa diera sekarang kaku untuk mengepalkan tangannya namun lebih berbakat menadah tangannya keatas.
Marilah kita sebagai mahasiswa yang bakal menjadi penerus bangsa, sebagai anak fajar dari pahlawan, penerus para leluhur pahlawan kita, sadarkan diri, buka mata, buka telinga kepalkan tangan untuk menjunjung tinggi keadilan, rasa tanggung jawab, rasa kecintaan terhadap bangsa, peka terhadap persoalan bangsa dan negara, siap bertanggung jawab di tengah dinamika sosial, menjadi solusi dari segala persoalan bangsa dan negara demi menjalankan cita-cita para para pahlawan kita terdahulu.
Oleh: Jakfar shodiq
Mahasiswa Fia Unisma Malang