Batu,BetitaAntara.com- Anggota Komisi IX DPR RI Kris Dayanti yang telah bermitra dengan BKKBN menggelar sosialisasi program percepatan penurunan stunting di wilayah Malang Raya,salah satunya sosialisasi yang dilaksanakan di gedung serbaguna songgo Kerto yang beralamatkan di jln Trunojoyo no 15 kelurah songgokerto kecamatan batu kota batu Jum’at 15/12/2023 pagi.
Kris Dayanti yang juga merupakan Diva Indonesia yang juga merupakan warga kelahiran kota batu ini mengatakan angka penderita stunting dapat ditekan dengan cara mencegah,karena mencegah
“Stunting ini adalah masalah kita bersama, karena itu peran kita sebagai orang tua khususnya wanita perlu tahu hal apa saja yang harus dilakukan agar hal ini tidak terjadi,” ujarnya.
Kris Dayanti juga mengingatkan peran penting ibu dalam menjaga pola dan asupan gizi bagi dirinya sendiri agar tidak melahirkan generasi stunting baru.
“Stunting kan perlu diukur sehingga diketahui pasti apakah anak tersebut mengalami kondisi itu. Sehingga menjadi ibu, bukan hanya soal makanan yang harus diketahui tetapi juga kondisi tumbuh kembang seorang anak,” ujar KD
Lebih lanjut, Kris Dayanti menjelaskan beberapa potensi penyebab anak dikategorikan stunting. Seperti kondisi ibu saat hamil tidak mendapatkan gizi sesuai hingga kelahiran anak yang tidak normal dapat mempengaruhi timbulnya stunting baru.
Selain itu,Kris Dayanti juga menjelaskan kondisi ekonomi masyarakat juga bisa menjadi penyebab angka stunting bertambah
Sang diva juga menegaskan semua elemen harus bekerja sama dan bergerak untuk menurunkan angka stunting di Kota Batu. Intervensi harus terus dilakukan, selain itu sosialisasi melalui media sosial harus terus digencarkan untuk mengedukasi masyarakat tentang stunting.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa keluarga harus dijadikan arus utama pembangunan. Hal itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Arahan Bapak Presiden bagaimana keluarga itu menjadi bagian yang diarusutamakan di dalam pembangunan. Kalau kita sudah menganggap bahwa sumber daya manusia itu menjadi hal yang penting, maka ada sense of urgency. Biasanya banyak orang yang tidak punya perhatian terhadap kualitas SDM, sehingga sense of urgency-nya itu tidak muncul di situ,” pungkas dr.Hasto
(Yan/Putra)