Malang,BeritaAntara.com–Ratusan warga dari beberapa daerah di kecamatan dau antusias mengikuti kegiatan sosialisasi pentingnya kesehatan jiwa di Aula balai desa kalisongo kecamatan dau kabupaten malang, rabu (31/01/2024).
Sekitar 500 warga padati tempat kegiatan dan mengikuti sosialisasi dengan seksama.
“Risiko gangguan jiwa ringan hingga berat ini dapat disebabkan karena adanya beberapa faktor mulai dari faktor biologis, psikologis, dan juga faktor sosial,” ujar anggota DPR RI komisi IX Kris Dayanti
Ia menjelaskan, 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah remaja usia produktif.
Kris Dayanti menerangkan tantangan yang dihadapi bangsa saat ini adalah masalah kesehatan jiwa pada remaja. Hal ini berdampak pada situasi remaja mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia,Kris Dayanti melanjutkan, merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang harus mendapat perhatian dari seluruh pihak.
“Remaja tidak saja harus sehat secara fisik. Tetapi harus sehat secara jiwanya juga secara sosialnya. Sehingga berkontribusi untuk komunitas dan masyarakat di sekitarnya,” ungkap KD
Ia menambahkan sosialisasi tersebut memberikan peluang kepada Indonesia untuk menjadi negara maju. Karena itu, harus mempersiapkan atau mencetak SDM generasi-generasi unggul dan berkualitas.
Untuk diketahui, kegiatan itu merupakan program intervensi penguatan kesehatan jiwa bagi remaja usia transisi. Hal itu sebagai upaya promotif dan preventif sejak dini.
Ibu tri awiknami astoeti Skm. M.M kes kepala bidang pencegahan dan pengendalian penyakit kab malang mengatakan remaja usia transisi rentan mengalami masalah kesehatan jiwa.
Ia menjelaskan bahwa 50 sampai 75 persen masalah kesehatan jiwa pada remaja rentan terjadi pada umur 14 sampai 24 tahun.
Pada usia ini terjadi perubahan biologis, psikologis, dan lingkungan yang menyebabkan stres sehingga remaja perlu beradaptasi.
“Jadi kalau 1 sampai 5 dari 5 anak, 4 anak mengalami masalah kejiwaan,” kata tri
Untuk masalah kejiwaan khususnya remaja di usia transisi, harus disertai dengan kemampuan mengatasi akan berdampak pada saat dewasa yakni rentan mengalami gangguan jiwa.
Menurutnya, pemahaman remaja akan kesehatan jiwa menjadi sangat penting agar masalah dapat diidentifikasikan sejak dini sehingga dapat berdampak pada pembangunan sosial dan ekonomi.
“Karena ada 5 sampai 4 remaja mengalami gangguan jiwa, kedepannya tidak dilakukan screening, diberikan solusi, dicari jalan keluar, maka pada saat melanjutkan kuliah maka akademis akan jelek,” ungkapnya.
Dirinya berharap, apa yang diterima dan diperoleh dari kegiatan ini para pelajar mampu menjadi agen perubahan bagi teman-teman mereka di sekolahnya masing-masing.
Ia juga berpesan kepada para siswa untuk tidak melakukan bullying kepada teman-temannya yang memiliki kekurangan akan tetapi harus membantu.
“Jadi mulai hilangkan kebiasaan menyampaikan fisik. Contoh, keriting lu jalan sudah! Itu tidak boleh. Karena itu akan mempengaruhi jiwa teman-teman kita,” pungkas bu tri
(Yan/Putra)