BeritaAntara.com, Malang.- Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Jawa Timur, Didik Supriyanto, mengkritisi harga telur yang terus merangkat naik. Berdasarkan data lembaganya, harga rata-rata nasional adalah Rp28 ribu per kg, tapi di beberapa daerah ada yang Rp29-30 ribu.
Menurut Didik, tren kenaikan telur tersebut bisa saja bertahan lama apabila tidak ada terobosan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, khsusunya Kementerian Perdagangan.
Untuk menurunkan harga telur, kata Didik, caranya sama dengan meningkatkan produktivitas ayam petelur. Ia berkata, beberapa bulan terakhir ini ketersediaan telur memang tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah menurutnya perlu melakukan kajian menyeluruh mengenai produksi telur, mulai dari pemeliharaan ayam petelurnya, ketersediaan pakan ayam, produktivitas ayam untuk menghasilkan telur, hingga tahap distribusinya.
“Itu perlu dievaluasi atau pemerintah berusaha membangun sendiri sistem produksi ayam dan telur,” kata Didik.
Pemerintah, kata dia, bisa mendirikan perusahaan BUMN yang menangani tata niaga telur dan ayam, seperti Bulog yang menangani beras. “Perlu ada intervensi langsung pemerintah berupa penyediaan kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam produksi telur dan ayam. Seperti pembuatan pabrik pakan ayam dan penggemukan-penggemukan ayam peternakan. Saat ini pemerintah tidak bisa intervensi ke pengusaha langsung,” tandas Didik. (BS)