Malang,BeritaAntara.Com- Meski hasil Seleksi Terbuka (Selter) calon Sekda Kabupaten Malang sudah diumumkan, Kamis (21/8/2025) lalu, namun bukan berarti tingkat rivalitas sudah berakhir.
Justru, saat ini mestinya waktu yang tepat untuk beradu kuat.
Sebab, nama-nama calon yang lolos tiga besar Selter itu saat ini sedang diajukan ke Mendagri, untuk dimintakan persetujuan siapa yang bakal terpilih jadi Sekda definitif.
Jadi, pertarungan buat ketiga calon saat ini diibaratkan seperti ‘mendung begitu tinggi untuk dijangkau tapi masih ada angin yang bisa menggesernya’.
Itu artinya, jika tak mampu beradu kuat di atas ya harus pintar menggoda Bupati Malang Muhammad Sanusi.
Sebab, bukan persetujuan Mendagri yang terpenting, namun kerdipan mata Bupati Sanusi itu mengarah ke mana.
Persetujuan Mendagri itu cuma formalitas setelah dipilih Bupati, siapa satu dari tiga calon itu yang dianggap bisa mengamankan kepentingan politiknya.
Tiga calon yang lolos tiga besar itu adalah
Dr Ir Budiar, Kadis Cipta Karya; Eko Margianto, Kadis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD); serta Firmando Matondang, Kasatpol PP.
“Saat ini lagi proses untuk diajukan ke BKN (Badan Kepegawaian Negara), termasuk juga sedang dikoordinasikan dengan Gubernur,” tutur Asep Kusdinar S Hut MH, Kepala Bakorwil III Malang, yang jadi ketua tim Pansel, Senin (25/8/2025).
Sementara, hingga Senin (25/8/2025) pagi, tingkat rivalitasnya masih mudah berubah meski siapa yang akan terpilih, tak ada yang tahu.
Mungkin cuma satu atau dua orang yang tahu dan salah satunya adalah Bupati Sanusi.
Namun, dari tiga calon itu jika ditakar peluangnya, mungkin posisi Budiar, Kadis Cipta Karya, terlihat unggul.
Cuma, unggulnya Budiar itu bukan karena bersaing sama Eko dan Firmando.
Namun, menurut rekan sesama pejabat Eselon II, karena gagalnya Ir Avicenna M Saniputera, Kadis Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan, yang diduga ‘dipotong’ di tiga besar itu.
“Iya, terlihat PD (percaya diri). Mungkin saja, dia (Budiar) sudah tahu ya (bakal terpilih),” ungkap Ahmad Kusairi, koordinator LSM Pro Desa.
Menurut Kusairi, keduanya tak terlihat heroiknya meski sudah ‘diloloskan’ di tiga besar Selter kemarin itu.
Makanya, tak heran jika rekan sesama pejabat menilai jika tingkat rivalitas keduanya tak membahayakan Budiar, dibandingkan berhadapan sama Avicenna, yang diunggulkan banyak rekan sesama Eselon II.
“Memang, beda kalau Pak Avicenna yang lolos, mungkin pertarungannya akan sengit. Namun, saat ini seperti tak ada rasanya alias anyep.”
“Sebab, dua lawannya Budiar seperti cuma jadi pelengkap penderita (buat menggugurkan persyaratan Selter, yang minimal harus diikuti empat calon),” ungkap Kusairi, yang mantan jubir Bupati Sanusi di Pilkada 2024 lalu itu.
Lalu, semestinya harus bagaimana, menurut Kusairi, Eko dan Firmando, harus terlihat bukan seperti orang pasrah, yang banyak maunya seperti itu.
Sebab, disadari atau tidak, lanjutnya, posisinya sudah tak dihitung oleh Budiar, apalagi berharap mengerti apa yang dimau
Makanya, jika ingin dilirik, mereka harus menunjukkan kekuatannya.
Caranya, saran dia, ya gunakan jaringan atas. Informasinya, teman-temannya di STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) dulu, sekarang banyak yang jadi orang penting di Kemendagri.
“Jika tidak begitu, ya jangan berharap lebih. Saat ini, waktunya adu kuat di atas, bukan terlihat pasrahnya,” tuturnya.
Sementara, Dr Nurman Ramdansyah, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, mengatakan, saat ini sedang proses permohonan persetujuan dari hasil Selter itu ke BKN.
“Juga nanti akan dikoordinasikan dengan gubernur sebelum ditetapkan oleh PPK (pejabat pembina kepegawaian) dalam hal ini pak bupati.”
“Dan, prosesnya sepertinya cukup panjang,” ungkap Nurman, yang cukup berpengalaman karena dua tahun jadi Pj Sekda sebelum digantikan Nurcahyo per 22 Mei 2025 lalu.
(Yan/Putra)